Sign by Danasoft - Get Your Free Sign

COMMITMENT

Sunday, May 27, 2007

Yesterday I listened to the radio. The host of the radio told a story, an inspiration story. Interesting topic. A little thing about commitment. What was happened in this months are some topics about actor and actress divorce. When the first actor or actress divorce’s happened, it was shock story. Everyone who saws the news, was surprised. Some of their fans felt regret with it. All they knew, those couple is nice couple of husband and wife. They were happy family and impossible to divorce. But finally, they divorced. The fans could feel sad, it’s commonly cause it was their rights. However, all decisions were in the couple’s hand.

Divorce has strong relationship with a commitment. For me, a commitment is one of the important thing. Commitment is just like a promise. A promise is a debt. If we have a debt with someone else, we have to pay it. So did a promise. It’s better for us to think twice before making a promise. Easy to make but difficult to pay or obey. Just like when we make a commitment. If we loved someone, we are willing to do anything for our lover. No matter what will be happened. They didn’t realize that they can make a commitment without thinking. They just stated on behalf of love. No problem, as long as love always stays on their heart. But sometimes people feel bored with their relationship. And they choose the easiest way to solve their problem. Finding a happiness with somebody else. They didn’t think carefully. They forgot their own commitment which were made by them.

Therefore, make a sureness we’ll obey our commitment when we make it. It isn’t easy to start a good relationship, so that important for us to keep it. First commitment made on behalf of love. So every problem in a marriage should solve with love too.

On behalf of love, please make a good commitment with full of responsibility. So that, there is no victim on their marriage. Commitment can be beautiful moment when we make it. Remember, the first step we know someone. Slowly but sure, we can fall in love with him/her. Then we start to make a relationship. It can develop to next step. Making a commitment with someone who we love. Once again, on behalf of love. Wisely for us to keep our commitment. An everlasting commitment. Now we know that commitment is very important. Never disobey a commitment after making it.

The Excellence of Greeting

Friday, May 25, 2007

In the middle of praised attitudes which were ordered by Islam is greeting. Greeting is an expression to describe that between person who says the greeting and person who answered the greeting, there is no quarrel. Only love, brotherhood and friendship. Greeting looks simple, but it has great lesson and excellence. Some of those are caused of greeting is Allah Swt. And prophet’s ordered/command.

Our prophet (Mohammed) ordered us to do 7 things/due, such as: Visit a patient (someone who gets illness), Accompany mortal remains, Pray somebody who was sneezing when he/she praised Allah Swt., Help somebody who needs our help, Help somebody who was hurt by others, Say the greeting and Fulfill a promise. (Muttafaq ‘alaih). Greeting could arise/spring up love. “You will not enter the paradise until you believe God. And you didn’t believe God yet until you love each other. Do you want me show an attitude that could make you love each other, it is spread greeting to everyone.” (HR. al-Bukhari & Muslim).

Greeting is also the best due in Islam. From Abdullah bin Amr bin Ash. A man asked our prophet (Mohammed) “What is the best due in Islam? He answered, “ Feeding and saying the greeting to person who you know and you didn’t introduce yet. (HR. al-Bukhari & Muslim)

Blessing and goodness from Allah Swt. Will be given to someone who says the greeting. Just like Allah’s words in Quran An-Nuur : 61.

Saying the greeting will be a due that entered to a paradise somebody who said it. “To all of human, spread a greeting, feeding others, visit your brothers and pray in the late night when somebody else were sleeping, so that you will enter to a paradise safely. (HR. at-Tirmidzi)

Greeting could be said when met somebody, didn’t care you recognize them or not as long as they are Moslem. “When you met somebody, says the greeting. If you were hindered by tree, wall or rock, so say the greeting after facing them.” (HR. Muslim).

Greeting also said when entered somebody else home, or your own home. Look at Quran An-Nuur : 21.

When entered or left a meeting (majelis). “When someone entered a meeting, better for him or her saying the greeting.” (HR. Daud). If someone entrusted a greeting, the person who received it, has to answer: “Wa’alaihissalam warahmatullah wabarakatuh.”

Note: From LPUQ Magazine, April 2007 with real tittle “Keutamaan Salam”

BEKAS YANG TAK AKAN HILANG

Friday, May 11, 2007


Pagi hari ini, aku mendengarkan seorang penyiar radio sedang membicarakan suatu topik. Sangat menarik bagiku sampai aku memilih untuk memperhatikannya dengan seksama. Menarik bagiku karena topik yang sedang dibicarakan merupakan jawaban dari pertanyaanku kemarin. Seharian kemarin aku terus saja mencoba mencari jawaban dari beberapa pertanyaan. Ada suatu kejadian kemarin yang mendasari aku harus menulis beberapa pertanyaan.

Diawali dengan sakit hati yang diakibatkan oleh ulah seorang mahasiswi. Di musim-musim UTS ini ada saja peristiwa yang disebabkan kenakalan dan kecurangan mahasiswa. Seperti peristiwa yang terjadi kemarin. Salah satu dosen pengawas ujian memergoki seorang mahasiswi yang tengah mengerjakan soal ujian. Mungkin pemandangan yang sering terlihat adalah mahasiswa saling mencontek. Sedangkan apa yang terjadi kemarin justru lebih parah dari sekedar mencontek. Dia, mahasiswi tersebut, memiliki satu eksemplar soal beserta jawabannya. Soal tersebut sama persis dengan soal yang tengah diujikan hari itu. Masalah ini dibahas ketika ujian telah selesai diselenggarakan. Dosen penanggung jawab mata ajar tersebut mengatakan saat soal-soal tersebut diperbanyak, beliau menunggui sendiri di lokasi beliau memperbanyak. Artinya seharusnya tidak ada celah sedikitpun terjadi kebocoran soal. Oknum yang akhirnya dicurigai adalah pihak yang memfotokopi. Masalah itu pun masih diusut oleh dosen penanggung jawab mata ajar.

Yang dirasakan oleh dosen pengawas ujian dan dosen penanggung jawab mata ajar tersebut adalah sakit hati. Penghinaan yang besar atas usaha yang dilakukan oleh kedua dosen tersebut. Sebenarnya, seberapa sakitkah yang dirasakan oleh kedua dosen tersebut ? Terutama dosen penanggung jawab mata ajar. Aku mengandaikan diriku berada di posisi beliau. Yang nyata kurasakan adalah sakit hati yang lumayan parah. Rasanya sangat terhina dan terkhianati oleh orang yang benar-benar kupercayai. Aku mencoba menuangkannya menjadi beberapa pertanyaan, yaitu :
- Seberapa penting kita perlu menyadari bahwa kita telah menyakiti hati orang lain ?
- Apakah akibatnya bagi kita bila kita menyakiti hati orang lain ?
- Apakah berlaku hukum kausalitas ?


Nah, hari ini aku baru dapat mencoba menjawab dan menganalisis pertanyaan yang kutulis tersebut. Penyiar radio itu menceritakan suatu peristiwa dalam kajian tentang mutiara kehidupan. Ada seorang pemimpin muda yang sangat mudah sekali marah. Dan ia ingin sekali dapat mengendalikan amarahnya. Ia mendatangi seorang bijak. Diutarakanlah apa yang menjadi maksud kedatangan sang pemimpin itu. Orang bijak tersebut mengangguk-angguk tanda mengerti. Diam sejenak, tangan beliau menggenggam sebuah paku. Baru kemudian beliau berujar supaya pemimpin muda itu dapat mengendalikan rasa amarahnya, dia disarankan untuk menancapkan paku pada sebuah papan. Sang pemimpin muda mengerti saran orang bijak tersebut.

Sesuai anjuran orang bijak tersebut, dia selalu pergi ke belakang kantornya untuk menancapkan sebuah paku setiap kali dia marah. Satu hari tersebut, ternyata dia sudah menancapkan 17 buah paku. Dia sendiri terkejut dengan hal itu. Tetapi tetap saja pemimpin muda itu mengerjakan saran orang bijak dan itu berlangsung selama beberapa bulan. Paku-paku yang dia tancapkan, tidak sama setiap harinya. Terkadang banyak juga tapi di hari lain tidak banyak paku yang dia tancapkan.

Setelah dirasa oleh pemimpin muda itu cukup, pergilah ia menemui orang bijak. Dia ceritakan semua yang telah dia lakukan selama beberapa bulan. Termasuk papan yang telah penuh dengan paku-paku yang ia tancapkan untuk mengalihkan rasa marahnya. Sang orang bijak tersenyum menyikapi cerita pemimpin muda itu. Dengan tenang kemudian beliau berujar, “Engkau sudah berhasil mengendalikan rasa amarahmu. Sekarang tugasmu adalah mencabuti paku-paku yang telah engkau tancapkan tersebut. Satu per satu setiap kali kamu merasa marah.”. Pemimpin muda itu mengerti maksud orang bijak dan kembali ke kediamannya. Pemimpin muda itu benar-benar mempraktikkan saran orang bijak tersebut.
Beberapa waktu berlalu dan tiba saatnya pemimpin muda itu kembali menemui orang bijak. Tidak lupa dia bawa juga papan yang terdapat bekas paku-paku yang telah ia cabuti. Ia tunjukkan papan tersebut pada orang bijak. Kembali orang bijak tersebut tersenyum melihat papan yang ditunjukkan oleh pemimpin muda. Beliau berujar, “Engkau sudah melihat sendiri hasil dari paku yang kautancapkan ketika rasa marahmu datang. Kau lihat lubang bekas paku tersebut. Lubang itu tetap akan berbekas dan tidak hilang. Hal itu sama seperti ketika engkau memarahi seseorang. Rasa sakit yang timbul yang dirasakan oleh orang yang kaumarahi sama seperti lubang paku tersebut. Tetap berbekas dan tidak akan hilang. Walau berapa kali pun engkau meminta maaf pada orang tersebut. Jadikanlah itu pelajaran berharga bagimu.”.

Jawaban yang kudapat dari sepenggal mutiara kehidupan tersebut adalah rasa sakit akibat dikecewakan orang lain tetap akan berbekas. Dalam atau tidak, tetaplah meninggalkan bekas. Walau permintaan maaf telah dilontarkan dan terlontar, tetap saja bekas dari rasa sakit itu tetap ada. Alangkah bijaknya bila kita mau berpikir dua kali ketika akan menyakiti orang lain. Perlu diingat, tidak selamanya kita sadar bahwa kita telah menyakiti hati orang lain. Ada kalanya juga secara tidak sengaja kita telah menyakiti hati orang lain. Dan tahukah engkau, rasanya sangatlah tidak nyaman ketika kita menyakiti dan mungkin juga disakiti oleh orang lain. Jadi, sebaiknya jangan mudah membuat orang lain sakit hati karena perilaku kita, baik yang kita sadari maupun tidak.

Ternyata Menulis itu .....

Wednesday, May 2, 2007

Hi....2x
Seperti judul diatas, ternyata menulis itu adalah sesuatu yang sangat menyenangkan. Apapun itu yang ingin kita tulis. Hari ini aku mulai dapat merasakan kenikmatan itu. Ada sesuatu yang sulit untuk kuungkapkan lewat kata-kata. Yang dapat kugambarkan adalah aku merasakan apa yang sebelumnya belum pernah kurasakan. Mungkin dulu hal itu disebabkan oleh faktor kemauan yang ada di dalam diriku.
Alasan yang biasa kugunakan adalah sulitnya mencari ide untuk bahan menulis. Padahal jika itu dicermati, tidaklah pantas dijadikan suatu alasan. Kenapa? Karena ide itu sebenarnya ada didepan mata kita. Seperti halnya kreatifitas. Di sini aku menyejajarkan ide itu dengan kreatifitas yang kita miliki. Dulu banyak orang mengatakan kreatif itu bukan milik semua orang. Setelah aku menambah wawasan aku...cieee... sok ilmiah Aku membaca sebuah buku yang berjudul Manajemen Stres, di buku itu diterangkan bahwa kreatifitas adalah milik semua orang. Kuncinya ada pada orang tersebut. Apakah dia mau menggunakan atau membiarkan saja terendap.
Sungguh sangat disayangkan jika memang benar demikian. Menurut aku, salah satu solusi untuk mengatasinya adalah dengan menambah wawasan dan referensi melalui bacaan yang bermutu. Toh berangkat dari situ, nantinya ide untuk menulis akan muncul sendiri. Secara otomatis tanpa kita minta. Bahkan mungkin nanti masalah yang akan kembali kita keluhkan adalah waktu dan tempat kita untuk mencurahkan hasil ide kita yang mengalir tanpa bisa kita bendung.
Oleh sebab itulah, mari kita tingkatkan motivasi dalam diri kita untuk mau menambah wawasan dan referensi. Jadi sebagai muslim yang taat, hendaknya kita mempraktikkan apa yang ada dalam salah satu surat di Qur'an yang ayat pertama bila diartikan dalam bahasa Indonesia adalah "Bacalah!"
Untuk menghadapi masalah baru yang nanti muncul,...menurut aku itu urusan belakangan. Yang terpenting adalah apa yang ada didepan kita saat ini adalah milik kita. Jangan terlalu saklek ya dalam mengartikannya. Karena yang membaca ini harus orang yang sudah dewasa. Hal ini untuk mencegah hal-hal lain yang tidak diinginkan.
Hi...2x.

PERUBAHAN NASIB

Tuesday, May 1, 2007

Hari ini aku bertemu dengan seorang ibu. Beliau memaksaku untuk mengingat kembali kenangan ketika aku kuliah di akademi. Ibu dengan penampilan sederhana itu adalah seorang pedagang jajanan yang sering mampir ke asrama tempat aku tinggal dulu. Setiap pagi beliau rutin membawa jajanan yang hendak dijual kepada penghuni asrama. Tidak terlalu banyak yang dijual, tapi cukup banyak peminatnya. Dari segi harga pun tidak mahal, sangat murah bahkan.
Yang membuatku terkenang adalah kesederhanaan yang ada pada diri beliau. Entah karena keterbatasan ekonomi atau memang gaya hidup beliau yang memang sederhana. Tidak banyak perubahan yang terlihat sejak 4 tahun lalu. Penutup kepala yang menutupi rambut sang ibu adalah kerudung kecil bermotif bunga. Tangan sebelah kiri menenteng keranjang makanan, yang sebelah kanan membawa satu tas plastik. Pakaian yang dikenakan pun sederhana tapi sopan. Alas kaki yang digunakan adalah sepasang sandal jepit. Yang membuatku terkenang adalah ekspresi wajah beliau. Tampak jelas sekali terekam goresan kerasnya kehidupan. Raut wajah yang sarat akan pengalaman susah maupun senang.
Faktor apakah sebenarnya yang mempengaruhi perubahan nasib seseorang.? Pertanyaan yang kulontarkan ini mudah ditanyakan, mudah dijawab tapi terkadang sulit untuk dimengerti oleh sebagian orang. Tetapi tidak menutup kemungkinan, ada juga beberapa orang yang tidak peduli akan hal itu.
Waktu 4 tahun bukanlah waktu yang sebentar. Kurasa cukup untuk dapat mengubah nasib seseorang. Kerasnya keinginan dan kemauan untuk mengubah nasib ditambah satu faktor penentu dari Sang Khalik. Apakah dengan modal tersebut tidak cukup untuk mengubah nasib seseorang ? Terlepas dari ketentuan Sang Khalik, kira-kira apa ya yang menyebabkan nasib seseorang tidak juga berubah ? Kurangkah kemauan dan keinginan yang keras untuk berubah ? Atau ada faktor lain yang lebih dominan ? Misalnya, persaingan yang cukup ketat diantara sesama orang yang ingin mengubah nasibnya.
Aku yakin, mereka bukannya tidak memiliki kemauan untuk berubah. Keinginan tersebut pasti ada. Usaha untuk mengubah sudah dilakukan yaitu dengan tetap berjualan. Dan semoga berdoa kepada Sang Khalik pun tidak tertinggal. Agaknya memang ada faktor lain yang mendasari belum berubahnya nasib seseorang tersebut. Bagaimana dengan kreatifitas mereka untuk menyiasati keadaan yang ada ?
Bila memang belum ada perubahan yang berarti dan kita belum mampu mengubah suatu keadaan, bagaimana kalau kita lebih baik menyikapi perubahan sekecil apapun yang timbul. Sehingga kita lebih siap dengan keadaan yang mungkin lebih buruk dari yang tengah kita alami sekarang. Dan ada satu hal lagi, yaitu selama manusia tidak kehilangan impiannya, seberat apapun halangannya, dia akan menempuhnya.
Semoga sang Ibu tidak pernah kehilangan impiannya dan tidak patah arang untuk meraih impiannya tersebut. Kasih sayang Allah SWT. selalu menyertai orang-orang yang sabar.

 
Free new blogger template ABSTRACT MIND Design by Pannasmontata             Powered by    Blogger