Kulihat seorang anak seusia SMP tengah berbicara dengan seorang tua yang tampak seperti kakeknya. Rasa penasaranlah yang membuatku melangkah menghampirinya. Spontan dia melihat kedatanganku dan menyapaku, “Halo Mbak,……Mbak..tolong printkan ini dong.” Ujarnya seraya mengulurkan sebuah potongan tabloid terkemuka kepadaku. “Apa itu?” tanyaku balik. “Ini Mbak, kontes nyanyi…aku mau ikut.” Ujarnya. Kuambil potongan tabloid itu. Sebuah formulir pendaftaran untuk bintang penyanyi. “Aku tidak bisa ngeprint di sini karena tidak ada printer.” Jawabku. “Ya….ya udah ga pa pa. Mbak, tahu Chelsea Olivia?” tanyanya. “Siapa dia?” tanyaku. “Itu lho mbak, yang main di TV…..cantik ya?” Aku hanya tersenyum. Selanjutnya dia mulai mengoceh tidak jelas. Tanpa menghiraukan keberadaanku. Kubiarkan saja kondisi demikian.
Tahukah engkau? Sepanjang percakapanku dengan anak seusia SMP itu, dia tidak menatap ke arahku seperti layaknya bila orang berbicara. Kecuali aku memanggil namanya, barulah dia menoleh, itupun hanya sebentar. Kepalanya selalu menoleh ke kanan seolah sedang menatap sesuatu yang menarik yang membuatnya enggan melihat ke arah orang yang diajaknya bicara. Hal itu bukanlah suatu kekurangajaran atau kesengajaan. Karena anak seusia SMP itu tidak lain adalah salah satu pasien yang menghuni ruang perawatan Jiwa di suatu rumah sakit ternama.
Ya….dia menjadi salah satu pasien dengan gangguan jiwa yang cukup serius. Kepalanya yang selalu menoleh ke kanan tidak hanya bertahan bila dia diam di atas tempat tidur, itu juga terjadi ketika dia hendak berjalan menuju ke kamar mandi. Tidak hanya itu, langkah kakinya pun tampak seperti robot. Itu semua adalah salah satu gejala dari terapi oral yang tengah dijalaninya. Efek samping yang paling dikhawatirkan terjadi dan berlanjut bila tidak segera ditangani. Untunglah anak itu segera mendapat penawar untuk mengimbangi efek samping dari terapi oralnya. Tidak berapa lama, setelah dia mendapat suntikan Trihexyphenidyl, dia tertidur. Satu setengah jam berikutnya dia terbangun dan kepalanya sudah tidak lagi selalu menoleh ke kanan. Kembali seperti sedia kala. Hatiku lega melihatnya demikian.
Selain dia, ada juga anak perempuan seusia dia yang juga menjadi penghuni ruang perawatan Jiwa di rumah sakit tersebut.
Hal ini seharusnya menjadi suatu pemikiran bagi kita semua. Apa sebenarnya yang tengah terjadi ? Mengapa anak semuda itu sudah mengalami gangguan jiwa?
Dewasa ini, agaknya tenggang rasa dan saling menghormati yang dulu rajin dituliskan dalam setiap buku mata ajar pekerti, tampaknya memang hanya dijadikan pemanis saja. Sedikit sekali orang yang dapat mempraktikkannya. Sampai-sampai anak seumur jagung pun, sudah fasih mengucapkan kata-kata tidak senonoh yang entah dari mana dia mendengarnya pertama kali. Dengan lantang, dia dapat menggilas perasaan kawannya melalui kata-kata yang sangat menyakitkan. Apakah dalam keadaan seperti ini kita akan terbawa suasana untuk mencari-cari siapa yang bersalah? Bukankah akan lebih bijak, bila kita mempraktikkan petuah Aa’ Gym yang tersohor dengan 3M-nya. Mulai dari hal-hal yang kecil, mulai dari diri sendiri dan mulai dari sekarang.
Mari kita bersama berintrospeksi dan mendewasakan diri di tengah ganasnya persaingan yang tidak lagi sehat. Agar tidak terhanyut dalam arus keserakahan. Menyatukan hati dengan niat suci hanya mencari keridhoan-Nya. Sayangilah semua yang ada di bumi ini, maka semua yang ada di langit pun akan menyayangimu. Saudaraku, Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Sign by Danasoft - Get Your Free Sign
FENOMENA APAKAH INI ?
Thursday, February 15, 2007
Diposting oleh Mushofatul di 5:38 PM 0 komentar