Suatu ketika, sekelompok orang berburu monyet di hutan Afrika. Cara berburunya pun cukup unik. Sebab, teknik itu memungkinkan si pemburu menangkap monyet dalam keadaan hidup-hidup tanpa cedera sedikitpun. Monyet-monyet hasil buruan itu rencananya akan digunakan sebagai hewan percobaan atau dijual untuk acara sirkus di beberapa negara.
Cara menangkap yang sederhana, membuat sang pemburu hanya menggunakan toples berleher panjang dan sempit. Setiap toples diisi aroma kacang yang mengundang monyet-monyet itu datang dan mengambilnya. Setelah diisi aroma, toples-toples itu ditanam ke dalam tanah dengan menyisakan toples dibiarkan terbuka tanpa tutup.
Para pemburu melakukannya di sore hari. Keesokannya, mereka tinggal meringkus monyet-monyet yang tangannya terjebak di dalam botol dan tidak bisa dikeluarkan.
Monyet-monyet itu tertarik pada aroma yang keluar dari setiap toples. Mereka mengamati lalu memasukkan tangan untuk mengambil kacang-kacang yang ada di dalam. Tapi karena menggenggam kacang, tentu saja monyet-monyet itu tidak bisa menarik keluar tangannya. Selama mempertahankan kacang-kacang itu, selama itu pula mereka terjebak. Toples itu terlalu berat untuk diangkat. Jadi, monyet-monyet itu tidak akan dapat pergi ke mana-mana!
***
Sahabat, kita mungkin akan tertawa melihat tingkah bodoh monyet-monyet itu. Tetapi tanpa sadar, sebenarnya kita mungkin sedang menertawakan diri sendiri. Ya, kadang kita bersikap seperti monyet-monyet itu. Kita menggenggam erat setiap permasalahan yang kita miliki layaknya monyet menggenggam kacang.
Kita sering mendendam, tidak mudah memberi maaf, tak mudah melepaskan maaf, mulut mungkin berkata ikhlas. Tapi bara amarah masih ada di dalam dada. Kita tak pernah bisa melepasnya. Bahkan, kita bertindak begitu bodoh, membawa “toples-toples” itu kemana pun kita pergi. Dengan beban berat itu, kita berusaha untuk terus berjalan. Tanpa sadar, kita sebenarnya sedang terperangkap penyakit hati yang akut.
Sahabat, sebenarnya monyet-monyet itu bisa selamat jika mau membuka genggaman tangannya. Dan, kita pun akan selamat dari penyakit hati jika sebelum tidur kita melepas semua “rasa tidak enak” terhadap siapapun yang berinteraksi dengan kita. Dengan begitu kita akan mendapati hari esok begitu cerah dan menghadapinya dengan senyum. Dan kita pun tahu surga itu diperuntukkan bagi orang-orang yang hatinya bersih. Jadi, kenapa tetap kita genggam juga perasaan tidak enak itu ?
N.b. : Majalah LPUQ Edisi 42/th. 7/ Juni 2007
Sign by Danasoft - Get Your Free Sign
PERANGKAP
Sunday, July 8, 2007
1 komentar:
memang, hal paling mudah mengucapkan sebuah kata "ikhlas" tapi sangat sulit mengimplementasikannya.
Post a Comment